EduCharmy

Pendidikan sebagai suatu sistem yang begitu mempesona untuk dinikmati dan dicermati

SEJARAH PENDIDIKAN DI JEPANG: KLASIK, PERTENGAHAN SAMPAI ERA MODERN Juni 2, 2012

Filed under: Uncategorized — Education as a system @ 5:23 pm

Jepang merupakan salah satu negara termaju dalam berbagai bidang kehidupan: ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan, sosial, politik, dll. Kemajuan-kemajuan ini tentu berkaitan erat dengan kemajuan pendidikan

Pendidikan di Jepang sebelum Restorasi Meiji pada awalnya berdasarkan sistem masyarakat feodal, yaitu pendidikan untuk samurai, petani, tukang, pedagang, serta rakyat jelata. Kegiatan ini dilaksanakan di kuil dengan bimbingan para pendeta Budha yang terkenal dengan sebutan Terakoya (sekolah kuil). Mirip dengan pesantren di Indonesia. Setelah Restorasi Meiji pemerintah gencar menerbitkan dan menerjemahkan berbagai macam buku serta mengirimkan pelajar ke berbagai negara untuk mendalami berbagai bidang ilmu. Usaha ini akhirnya membuahkan hasil yang cukup memuaskan bagi negara tersebut.

Dalam hal pendidikan Jepang sangat maju, terbukti tingkat melek huruf mencapai: 99,8% (1990), 100,0% (2000), pendidikan wajib di jepang selama 9 tahun (Dari umur 6 ke 15 tahun), dan jumlah pelajar sekolah menengah yang maju ke pendidikan tinggi kira-kira 96%.
Dalam usaha meningkatkan minat baca, masyarakat Jepang mengkomikkan bahan ajar, dari pelajaran-pelajaran dasar seperti sejarah, biologi, fisika sampai ilmu filsafat. Pendekatan visualisasi dengan komik biasanya digunakan untuk menarik minat baca kaum muda dan mempermudah pembaca dalam memahami materi yang akan disampaikan. Dari situ budaya baca masyarakat tumbuh, dan di Jepang kita akan dengan mudah menemukan pembaca-pembaca buku dari berbagai usia di setiap lorong-lorong densha (kereta listrik), bus ataupun kursi tunggu di eki (stasiun densha).

Adapun sistem pendidikan di Jepang dibangun atas prinsip-prinsip: Legalisme, administrasi yang demokratis, netralitas, penyesuaian dan penetapan kondisi pendidikan, dan desentralisasi. Dan Pendidikannya memiiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai di antaranya ialah: mengembangkan kepribadian secara penuh dengan, berupaya keras membangun manusia yang sehat pikiran dan badan, yang mencintai kebenaran dan keadilan, menghormati perseorangan, menghargai kerja, mempunyai rasa tanggungjawab yang dalam, dan memiliki semangat independen sebagai pembangun negara dan masyarakat yang damai.
Sistem administrasi pendidikan dibangun dalam empat tingkat: pusat, prefectural (antara propinsi dan kabupaten), municipal (antara kabupaten dan kecamatan), dan sekolah. Masing-masing tingkat administrasi pendidikan tersebut mempunyai peran dan kewenangan yang saling mengisi dan bersifat kerjasama. Disamping itu, terdapat asosiasi-asosiasi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua yang mendukung pengembangan sekolah.

Pada umumnya metode pengajaran yang digunakan di sekolah-sekolah di Jepang adalah kombinasi dari: penjelasan dari dan tanya jawab dengan guru, diskusi antar murid, dan eksplorasi oleh murid sendiri dengan menggunakan alat pembelajaran. Di awal biasanya guru memberikan penjelasan sebagai pengantar, kemudian murid melakukan diskusi sesama mereka dan atau mengeksplorasi menggunakan alat pembelajaran seperti multimedia, laboratorium, dll. sesuai dengan mata pelajaran dan kebutuhan. Hasil diskusi dan atau eksplorasi tersebut lalu dipresentasikan di depan kelas dengan bimbingan guru.

Di samping hal di atas, pengaruh pendidikan terhadap anak dan masyarakat telah membuat pendidikan Jepang mempunyai potensi yang luar biasa dalam berbagai hal. Misalnya, (1) Minat masyarakat yang besar sekali pada pendidikan; (2) prestasi kognitif dan motivasi siswa relatif setaraf; (3) prestasi kognitif siswa rata-rata tinggi; (4) munculnya pelajaran ide egalitarianisme; (5) perubahan sosial yang egalitarian; (6) timbulnya kesamaan yang sama bagi semua lapisan masyarakat.

Pada dasarnya pendidikan dan kebudayaan adalah dua hal yang erat hubungannya. Kebudayaan positif tentunya akan mampu mendidik dan membentuk karakter seseorang. Ciri khas bangsa Jepang adalah kehausan mereka akan ilmu yang tak pernah terpuaskan. Karena itu tidak heran bila kehidupan sehari-hari bangsa Jepang tidak akan lepas dari membaca. Di stasiun, perpustakaan, di jalan, atau secara ekstremnya dikatakan, di mana ada kehidupan, di situ mereka membaca. Bahkan hingga saat ini, koran adalah bacaan wajib mereka setiap hari. Ini merupakan budaya yang sangat positif dan patut kita tiru. Dan ada sebagian orang yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena tekanan dari kurikulum dan orang tua yang begitu intens. Tuntutan ini tak lain ialah tuntutan jaman yang makin kompetitif dan ketidakmampuan bertahan berarti tersingkir menurut persepsi mereka.

Menurut Wiliam K. Cummings, Jepang berhasil merombak masyarakat melalui pendidikan melalui beberapa faktor antara lain : perhatian pada pendidikan datang dari berbagai macam pihak, sekolah Jepang tidak mahal, tidak ada diskriminasi terhadap sekolah, kurikulum sekolah Jepang amat berat, sekolah sebagai unit pendidikan, guru terjamin tidak akan kehilangan jabatan, guru Jepang penuh dedikasi, guru Jepang merasa wajib memberi pendidikan “manusia seutuhnya, dan guru Jepang bersikap adil. Selain itu menurut Danasasmita ada beberapa karakteristik yang mendorong bangsa ini maju. Ini dibuktikan dengan beberapa ucapan orang Jepang, arigatoo (terima kasih). Orang Jepang menghargai jasa orang lain, otsukaresamadeshita (maaf, Anda telah bersusah payah). Orang Jepang menghargai hasil pekerjaan orang lain, ganbatte kudasai (berusahalah!). Perlunya setiap orang harus berusaha, semangat bushido (semangat kesatria). Orang Jepang punya semangat yang tidak pernah luntur, tahan banting, dan tidak mau menyerah.

Pada tahun 2001 Kementrian Pendidikan Jepang mengeluarkan rencana reformasi pendidikan di Jepang yang disebut sebagai `Rainbow Plan`. Isinya adalah sebagai berikut:

  1. Mengembangkan kemampuan dasar scholastic siswa dalam model pembelajaran yang menyenangkan. Ada 3 pokok arahan yaitu, pengembangan kelas kecil terdiri dari 20 anak per kelas, pemanfaatan IT dalam proses belajar mengajar, dan pelaksanaan evaluasi belajar secara nasional.
  2. Mendorong pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat dan terbuka melalui aktifnya siswa dalam kegiatan kemasyarakatan, juga perbaikan mutu pembelajaran moral di sekolah
  3. Mengembangkan lingkungan belajar yang menyenangkan dan jauh dari tekanan, diantaranya dengan kegiatan ekstra kurikuler olah raga, seni, dan sosial lainnya.
  4. Menjadikan sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh orang tua dan masyarakat. Tujuan ini dicapai dengan menerapkan sistem evaluasi sekolah secara mandiri, dan evaluasi sekolah oleh pihak luar, pembentukan school councillor, komite sekolah yang beranggotakan orang tua, dan pengembangan sekolah berdasarkan keadaan dan permintaan masyarakat setempat.
  5. Melatih guru untuk menjadi tenaga professional, salah satunya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, juga pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di bidangnya.
  6. Pengembangan universitas bertaraf internasional
  7. Pembentukan filosofi pendidikan yang sesuai untuk menyongsong abad baru, melalui reformasi konstitusi pendidikan (kyouiku kihon hou) (MEXT, 2006).
    Hingga tahun 2007, ketujuh poin telah dilaksanakan secara simultan, walaupun di beberapa bagian ada protes dari kalangan guru, masyarakat pemerhati pendidikan. Untuk mewujudkan ketujuh poin tersebut bukan hal mudah, tapi saya melihat reformasi pendidikan di Jepang sekalipun mencontoh praktik dari Inggris atau Amerika, poin-poin yang diajukan benar-benar sesuai dengan problematika yang ada di Jepang.

Jumlah siswa per kelas di kota-kota besar masih cukup besar 35 orang per kelas, tetapi di beberapa propinsi jumlah siswa hanya sepuluh atau belasan orang dikarenakan angka kelahiran yang merosot. Jepang tidak membangun kelas-kelas baru di sekolah tetapi justru memerger sekolah-sekolahnya. Pendidikan moral yang diperdebatkan saat ini adalah yang berkaitan dengan nasionalisme, perlu tidaknya menceritakan sejarah perang kepada anak didik, perlu tidaknya menyanyikan lagu Kimigayo atau mengibarkan bendera hi no maru. Pendidikan kedisiplinan tentu saja sudah terbentuk dengan baik di sini.

Poin nomor 4 merupakan hal yang terlihat nyata dengan banyaknya upaya sekolah membuka diri kepada masyarakat atau orang tua, misalnya dengan program jugyou sanka (orang tua yang menghadiri kelas anak-anaknya), sougou teki jikan (integrated course) yang melibatkan masyarakat setempat, dan forum sekolah. Poin ke-5 pun sedang marak dibicarakan saat ini dengan adanya `kyouin hyouka`, sistem evaluasi guru yang dibebankan kepada The Board of Education, dan renew sertifikasi mengajar melalui training atau pendidikan guru.
Reformasi higher education tampaknya sangat gencar dilakukan dengan berbondong-bondongnya mahasiswa asing datang ke Jepang. Hanya ada satu kelemahan, yaitu bahasa. Mahasiswa asing yang datang ke Jepang perlu mendalami bahasa selama 1 tahun, atau statusnya sebagai research student sebelum memulai program yang sebenarnya, dan ini yang membuat sebagian besar mahasiswa China lebih memilih Amerika yang notabene berbahasa Inggris, dan tak perlu membuang waktu 1 tahun sebagai research student.

UU Pendidikan juga menjadi bahan diskusi yang hangat di seantero Jepang. Tidak saja ahlinya yang turun tangan berbicara tetapi juga Teacher Union, forum siswa, senat mahasiswa, bahkan ibu rumah tangga biasa yang terlibat dalam kegiatan volunteer.

Di Jepang, untuk anak SD tidak ada sistem ranking jadi level semua anak sama (tolong di koreksi apabila saya salah), kurang lebih informasi itulah yang saya ketahui tentang ranking. Jam belajar SD di Jepang cukup panjang, sekitar enam jam setiap harinya yaitu mulai sekitar pukul 8 pagi hingga sekitar pukul 2 siang, apabila sudah kelas 4 SD lebih meningkat frekuensi belajarnya. Satu hal lagi, anak-anak SD di Jepang apabila pergi ke sekolah diwajibkan jalan kaki, jadi tidak ada istilah diantar supir pribadi dan ditunggu oleh ibu/bapak atau babysitter. Tujuannya adalah melatih kemandirian anak.

KESIMPULAN

Jika kita melihat sejarah pendidikan di Jepang sebelum Restorasi Meiji, pendidikan pada awalnya berdasarkan sistem masyarakat feodal. Setelah Restorasi Meiji pemerintah gencar menerbitkan dan menerjemahkan berbagai macam buku serta mengirimkan pelajar ke berbagai negara untuk mendalami berbagai bidang ilmu. Sebagai ciri khas bangsa Jepang adalah kehausan mereka akan ilmu yang tak pernah terpuaskan. Sehingga tak aneh kalau banyak anak yang bunuh diri di Jepang karena tekanan dari kurikulum dan orang tua yang begitu intens. Tuntutan ini tak lain ialah tuntutan jaman yang makin kompetitif dan ketidakmampuan bertahan berarti tersingkir.

Sistem pendidikan di Jepang dibangun atas prinsip-prinsip: legalisme, administrasi yang demokratis, netralitas, penyesuaian dan penetapan kondisi pendidikan, desentralisasi. Dan sistem administrasi pendidikan dibangun dalam empat tingkat: pusat, prefectural (antara propinsi dan kabupaten), municipal (antara kabupaten dan kecamatan), dan sekolah. Sedangkan metode pengajaran yang digunakan di sekolah-sekolah di Jepang adalah kombinasi dari: Penjelasan dari dan tanya jawab dengan guru, diskusi antar murid, dan eksplorasi oleh murid sendiri dengan menggunakan alat pembelajaran. Sedangkan untuk menumbuhkan minat baca masyarakat bangsa jepang menggunakan pendekatan visualisasi dengan komik (menggkomikkan bahan ajar).
Adapun tujuan pendidikannya antara lain ialah: Mengembangkan kepribadian secara penuh dengan, berupaya keras membangun manusia yang sehat pikiran dan badan, yang mencintai kebenaran dan keadilan, menghormati perseorangan, menghargai kerja, mempunyai rasa tanggungjawab yang dalam, dan memiliki semangat independen sebagai pembangun negara dan masyarakat yang damai.

Pada tahun 2001 Kementrian Pendidikan Jepang mengeluarkan rencana reformasi pendidikan di Jepang yang disebut sebagai `Rainbow Plan`. Untuk mematangkan pendidikan di negara tersebut. Jepang berhasil merombak masyarakat melalui pendidikan melalui beberapa faktor antara lain : perhatian pada pendidikan datang dari berbagai macam pihak, sekolah Jepang tidak mahal, tidak ada diskriminasi terhadap sekolah, kurikulum sekolah Jepang amat berat, sekolah sebagai unit pendidikan, guru terjamin tidak akan kehilangan jabatan, guru Jepang penuh dedikasi, guru Jepang merasa wajib memberi pendidikan “manusia seutuhnya, guru Jepang bersikap adil. Beberapa karakteristik yang mendorong bangsa Jepang maju. Hal ini dibuktikan dengan beberapa ucapan: arigatoo (terima kasih). Orang Jepang menghargai jasa orang lain, otsukaresamadeshita (maaf, Anda telah bersusah payah). Orang Jepang menghargai hasil pekerjaan orang lain, ganbatte kudasai (berusahalah!). Perlunya setiap orang harus berusaha, semangat bushido (semangat kesatria). Orang Jepang punya semangat yang tidak pernah luntur, tahan banting, dan tidak mau menyerah.

 

Tinggalkan komentar